JAKARTA, RABU - Tingginya jumlah sepeda motor di Jakarta mendapat perhatian pemerintah pusat. Wacana pengendalian kendaraan roda dua yang diketahui sebagai salah satu penyebab kemacetan di Ibu Kota ini mulai dilakukan dalam rapat bertajuk ”Penanganan Transportasi”, Selasa (4/11).
”Memang dalam pertemuan itu, pengendalian sepeda motor yang dibahas masih berupa wacana. Namun, paling tidak ini langkah awal yang baik untuk mengatasi tingginya jumlah kendaraan itu,” kata Ketua Pusat Kajian Transportasi Universitas Indonesia, yang juga anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta, Sutanto Soehodo, di sela-sela Temu Unsur Awak Angkutan Umum yang diselenggarakan Dewan Transportasi Kota Jakarta.
Sutanto yang menjadi salah satu peserta rapat itu mengatakan, pertemuan dihadiri sejumlah unsur, antara lain tim Markas Besar Kepolisian RI, Departemen Perhubungan, dari Kantor Wakil Presiden, Badan Usaha Milik Negara, serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pembatasan penggunaan
Dalam pertemuan itu, kata Sutanto mengemuka, wacana bentuk pengendalian yang memungkinkan dilakukan adalah pembatasan penggunaan sepeda motor, bukan membatasi jumlah kepemilikannya. Jika akan memberlakukan pembatasan penggunaan sepeda motor harus dibarengi dengan pembenahan angkutan umum.
”Orang menggunakan sepeda motor karena lebih murah. Maka, angkutan umum yang ada harus dibuat murah juga agar orang mau beralih ke angkutan itu. Salah satu solusinya, pemerintah perlu memikirkan memberikan subsidi agar tarif angkutan umum bisa murah," katanya.
Badan Pusat Statistik Pemprov DKI Jakarta mencatat, jumlah sepeda motor saat ini 5.136.619 unit. Pertambahannya setiap hari 1.035 unit. Dengan luas jalan hanya 6 persen atau 39 kilometer persegi dari luas wilayah DKI, kata Sutanto, idealnya jumlah sepeda motor 1 juta unit. (PIN)
SBT
Sumber : KOMPAS
benerin dulu angkutan,banyak yg gk layak jln,msh dikasi ijin,trus keamanannya mana klo naek angkutan;gk ada kn? Makanya mending naek motor aja x...
Sepeda motor dipake 2 orang berboncengan, mobil dipake 1 orang... Sebenarnya yg bikin macet motor atau mobil sih, lucu banget pemerintah
kurangi motor..dunia tentram..bayangin kalau motor lebih sedikit, pasti tiap kali bawa mobil atau dengan kendaraan yg lain pasti tdk emosi..makanya motor tuh jangan asal2an..coba liat daerah sudirman yg motornya sedikit..enak kan? gak perlu pusing kalau tiba2 ada yg nyelinap di depan mobil..
saran buat pemerintah RI........kalau menurut saya bagunya indonesia itu dibuatkan jalaur kereta listrik antar dan dalam kota yang praktis seperti dijepang....gak macet....gak ad polusi...kerusakan jalan ......so pasti tertib
waduhh motor lg yang disalahi.... bukanya mobil pribadi yang bikin macet ama padet jalan dijakarta lihat dong bos kalo pagi dijalan isinya cuma mobil pribadi yang diisi 1 orang.
kalo bebek bilang sih ...
wong kantornya gede, kok masih rapat di hotel mewah .. ??
sekali lagi, rakyat dikorbankan ....
aaahhh ....
pengen revolusi deh ......
8 November 2008 pukul 16.02 �
Nah mari kita sama-sama berkaca : ada pengendara sepeda motor yang masih menganggap jalanan adalah milik pribadi bukan umum, misal sampai mengubah fungsi trotoar menjadi "jalur tol"; perlengkapan keselamatan yang semaunya, mika lampu rem belakang yang sengaja di lepas atau diganti bening ; tidak memakai atau menggunakan spion yang layak; berpindah jalur / berbelok tanpa memberi lampu sen ; melawan arus lalu lintas demi "mengirit waktu" yang sering malah berakibat "habis waktunya di dunia fana ini" . Sementara pengendara mobil juga ada yang masih menganggap jalanan sebagai milik pribadi bukan umum, misal buang sampah sembarangan dari jendela,sekalipun mobil pribadi yang berharga 500jt yang tidak mungkin tidak mampu beli tempat sampah seharga 30rb, sampai kantong kresek nya nutupin muka pengendara motor di belakangnya (pengalaman istri) ; supir angkot yang ugal-ugalan dengan dalih klasik kejar setoran "gara-gara orang pada pakai sepeda motor jadi sepi penumpang" sehingga pengendara sepeda motor yang dijadikan sasaran "balas dendam" seperti yang lagi-lagi dialami kaum lemah seperti istri saya yang sengaja dipepet oleh angkot. Tapi statement saya di atas hanya berlaku untuk oknum-oknum tertentu saja, tidak meng-generalisir semua pengendara dan pengemudi. Karena saya pribadi juga pengendara sepeda motor yang juga bisa mengemudikan mobil, tapi saya Insya Allah berusaha untuk tidak termasuk oknum-oknum tersebut. Pada dasar nya saya sebenarnya juga akan memilih angkutan umum jikalau : lebih murah , lebih aman, lebih nyaman daripada menggunakan sepeda motor. Minimal lebih murah lah. Kalau bisa aman juga sih , biar gak harus ngadepin resiko dicopet/ditodong/diperas/dirampok. Nyaman, yah kalau duduk di bis 1 jam bisa tidurlah , naek motor ketiduran? bablassss......